Jumat, 29 Januari 2010

Jakarta - Komentar tentang 100 hari pemerintahan SBY-Boediono terus bermunculan. Bahkan, pendapat yang muncul mulai bernada subjektif. Kali ini, Sekjen PDIP Pramono Anung menilai Jusuf Kalla (JK) lebih baik dari Boediono sebagai wakil presiden dalam menjalankan program 100 hari.

"Kalau wapres yang dulu lebih pada posisi bumper," kata Pram, begitu ia biasa disapa dalam sebuah diskusi bertajuk 'Evaluasi Objektif 100 Hari Kinerja Pemerintahan SBY-Boediono' di Taruna Merah Putih, Jl Tirtayasa Jakarta Selatan, Jakarta Selatan, Jumat (29/1/2010).

Maksud Pram dengan posisi bumper adalah kemampuan JK untuk membantu setiap permasalahan di pemerintahan. Bahkan, tidak jarang JK juga membantu masalah yang dihadapi oleh SBY pribadi.

"Mana yang harus didahulukan untuk negara ini lebih tahu. JK selalu membantu masalah-masalah di pemerintahan termasuk masalah yang dihadapi SBY," jelasnya.

Sedangkan untuk Boediono, Pram menilai hanya berperan sebagai rem. Tidak banyak peran mantan Gubernur Bank Indonesia tersebut untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi pemerintahan maupun SBY.

"Kalau wapres yang sekarang malah jadi rem, bahkan pesiden pun ikut menjadi rem," tegasnya.

Secara umum, Koordinator Forum Masyarakat Pemantau Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang menambahkan, kegagalan pemerintahan SBY-Boediono sudah dirasakan sejak proses pemilu. Hal ini terbukti dari adanya permasalahan Daftar Pemilih Tetap (DPT) sehingga terjadi kemenangan yang luar biasa bagi Partai Demokrat.

"Kemenangan itu dianggap bentuk percaya diri yang tinggi oleh satu pihak. Banyaknya masalah yang timbul akhir-akhir ini saya rasa punya relasi dengan pemerintahan SBY," ungkapnya.

(mad/iy)

PESERTA BARIS BERBARIS UPACARA


Peserta Kelas IV. B